Tanya Jawab tentang TRI-HARI SUCI PASKAH


 

Pertama : Hari Kamis PutihJadwal-holyweek

1  Apa artinya Trihari Suci?

Berasal dari kata Latin: triduum, artinya 3 hari. Trihari Suci itu adalah : Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Vigili Kebangkitan. Tiga hari ini adalah puncak liturgi gereja katolik yang menenang penebusan umat manusia. Yesus memberikan tubuh dan darah-Nya dalam ekaristi, dengan perintah baru saling mengasihi, kemudian Ia buktikan dengan serah diri-Nya di atas salib Golgota dan Ia puncakkan dengan kebangkitan-Nya!

2  Apa yang dimaksud dengan Kamis Putih?

Hari Kamis Putih adalah perayaan kenangan akan perjamuan malam terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 murid-Nya. Disebut Kamis Putih untuk menunjuk pada warna liturgi putih yang digunakan sebagai simbol kemuliaan dan kesucian cinta kasih.

3  Dalam hal apakah Kamis Putih menunjukkan cinta kasih?

Pertama: pada perjamuan ini Yesus menyatakan cinta kasih-Nya yang tanpa batas demi keselamatan umat manusia, dengan mengambil roti dan anggur yang dijadikan Tubuh dan Darah-Nya, sebagai lambang penyerahan tubuh dan darah-Nya di kayu salib pada keesokan harinya. Malam ini Yesus mengadakan sakramen ekaristi dan mewariskannya kepada gereja untuk selalu mengenangkan Dia. Hari Kamis Putih adalah hari kelahiran sakramen ekaristi.

Kedua: pada perjamuan ini Yesus membasuh kaki murid-muridNya [mestinya para hamba/murid yang membasuh kaki Sang Guru], sebagai tanda cinta dan pelayanan tanpa batas, demi kebersihan, kesucian, kekudusan murid-muridNya. Pada kesempatan ini juga Yesus memberi perintah : hendaklah kamu saling mengasihi, sebagaimana Aku, Guru dan Tuhan mengasihi kamu.

Ketiga: pada perjamuan ini, Gereja percaya bahwa Yesus mengangkat para rasul/muridNya menjadi imam yang akan merayakan sakramen ekaristi yang Ia wariskan tadi. Maka, Kamis Putih dianggap sebagai hari kelahiran sakramen imamat.

4   Kapan/di saat manakah Perayaan Kamis Putih ini paling pas dirayakan?

Biasanya pada malam hari, untuk mengenang saat perjamuan malam terakhir itu berlangsung. Biasanya sesudah matahari terbenam.

5   Apakah keistimewaan Misa Kamis Putih?

Liturgi Pembuka: ada kekhususan yakni pada waktu Gloria, umat/koor bernyanyi dan pada saat ini lonceng gereja dibunyikan, kemudian tidak dibunyikan lagi sampai pada saat umat/koor bernyanyi Gloria pada vigili malam paska.

Liturgi Sabda disertai upacara pembasuhan kaki, untuk mengenang pembasuhan kaki para murid oleh Yesus.

Prosesi Sakramen Mahakudus: setelah imam mengucapkan doa sesudah komuni kudus, imam menempatkan sakramen mahakudus dalam monstrans, ada doa sembah sujud sakramen mahakudus, ada perarakan sakramen mahakudus, pemberkatan umat kemudian sakramen disimpan dalam sebuah tabernakel baru/lain, berbeda dari tabernakel utama. Lagu ‘’wajib’’ yang selalu dinyanyikan adalah lagu Pange lingua gloriosi.

6  Adakah ketetapan-ketetapan tentang pembasuhan kaki?

Pembasuhan dilakukan oleh imam, sebab dalam ekaristi, imam adalah alter Christus, Kristus yang lain. Biasanya 12 orang yang dibasuh kakinya adalah 12 pria [lambang 12 rasul]. Namun, Paus Fransiskus telah membuka kemungkinan pembasuhan dapat dilakukan bagi wanita, anak-anak, orang sakit/nara pidana, bahkan yang tidak beragama katolik. Ini sebagai lambang bahwa Kristus datang untuk melayani dan menyerahkan diriNya bagi semua orang. Mengiringi pembasuhan kaki ini biasanya selalu dinyanyikan lagu Ubi caritas Deus ibi est yang artinya: di mana ada cinta kasih, di situ Tuhan hadir.

7   Mengapa, biasanya pada akhir misa Kamis Putih, altar gereja dikosongkan?

Adalah tradisi gereja bahwa setelah imam mengucapkan doa sesudah komuni kudus, imam dan putra-putri altar mengosongkan altar, entah itu salib, lilin, termasuk kain altar dan bunga dan semua benda-benda lain. Mengapa? Untuk mengenang saat-saat di mana Yesus ditinggalkan oleh para muridNya, juga mengenang penghinaan yang dialami Yesus dengan ditanggalkan jubah-Nya bahkan dijadikan bahan undian. Altar yang tanpa kain dll jadi lambang penghinaan akan Tuhan serta kejamnya dosa. Biasanya dibacakanlah mazmur 22. Altar ini akan terbiar kosong, ‘’telanjang’’ sampai saat kebangkitan dirayakan kembali pada misa vigili paska!

8   Tradisi gereja mengajarkan umat untuk bertuguran’’ sesudah misa Kamis Putih. Apakah tuguran itu?

Tuguran adalah doa di depan sakramen mahakudus pada Kamis Putih malam untuk:

Pertama: Menemani Yesus yang berdoa kepada BapaNya di taman Getsemani dalam sakrat mautNya

Kedua: Menjawab permintaan Yesus di taman itu : Tidak mampukah kamu berdoa dan berjaga bersama Aku, biar hanya 1 jam saja?

Ketiga: Menghaturkan sembah bakti syukur dan pujian kepada Kristus yang menyerahkan tubuh dan darahNya serta rohNya untuk keselamatan kita

Karena itu, biasanya umat diberi kesempatan ‘’berjaga’’ sambil berdoa di depan sakramen mahakudus, silih berganti antar kelompok.

9   Haruskah umat juga mengenakan pakaian putih pada misa kamis putih ini? Begitu juga si ke 12 yang dibasuh kaki mereka?

Liturgi gereja katolik hanya menentukan warna liturgi yang harus dikenakan oleh imam. Kapan imam memakai kasula berwarna ungu, putih, merah, hijau. Buku petunjuk liturgi gereja tidak mengatur warna pakaian umat dalam mengikuti misa. Hanya, baiklah umat juga mengetahui dan terutama memahami alasan mengapa warna tertentu itu dipakai. Misalnya warna putih pada perayaan pesta, hari raya, orang kudus, natal dan paskah; warna ungu pada masa prapaska, masa advent, misa arwah/peringatan arwah; warna hijau pada masa biasa; dan warna merah pada pesta atau peringatan para martir, pada Minggu Palem, Jumat Agung; pada peraayaan berhubungan dengan Roh Kudus [pentekosta dan perayaan sakramen krisma].

10   Terakhir, supaya genap 10 pertanyaan: Mengapa dalam bahasa Inggeris, Kamis Putih disebut juga Maundy Thursday?

Maundy, adalah kata Inggeris yang berasal dari kata Latin mandatum, artinya perintah yang wajib dilaksanakan… Maundy Thursday mau menunjuk pada hari Kamis di mana Yesus sebelum sengsaraNya memberi perintah baru kepada para pengikutNya : sebuah perintah baru Kuberikan kepadamu, hendaknya kamu saling mengasihi seorang akan yang lain. Maka, Kamis Putih adalah sebuah hari untuk mengenang pemberian perinta cinta kasih dari Yesus bagi para pengikutNya.

Kedua : Hari Jumat Agung

1   Mengapa disebut Jumat Agung, apalagi dalam bahasa Inggris malah disebut “Good Friday”: mestinya Jumat yang bagus, yang baik, yang indah!

Memang kata good dalam bahasa Inggeris berarti bagus, baik. Tetapi, makna yang dikandungnya ialah kekhususan hari Jumat di mana diperingati wafat Tuhan itu, bagi orang Indonesia, hari jumat itu adalah sebuah hari yang agung, besar dan mulia. Malah lebih dari sekedar baik, bagus dan indah.

Namun, ada dugaan bahwa Good Friday yang digunakan dalam bahasa Inggeris, sesungguhnya berasal dari kata God’s Friday: hari Jumatnya Tuhan. Atau bahkan ada yang mengatakan bahwa dahulu kala, kata good itu bermakna kudus, suci, holy; karena itu sama dengan Holy Thursday, Holy Saturday, begitu juga Holy Friday = Good Friday.

2   Apa sesungguhnya yang terjadi pada hari Jumat Agung, hari wafat Tuhan tsb?

Menurut data Kitab Suci: Yesus

  • Dihadapkan pada Pilatus di pagi hari , lalu dikirim kepada Herodes, dan kembali ke Pilatus
  • Yesus mulai dihina, disesah; Barabas dibebaskan ganti Yesus; Yesus dimahkotai duri dan dihukum mati
  • Jalan salib dimulai; Yesus menghibur wanita-wanita yang meratap; Dia disalibkan di Golgota, diapit 2 penyamun
  • Ia mengampuni para algojo, menyerahkan Maria kepada muridNya, menjanjikan firdaus bagi penyamun yang bertobat; mengucapkan 7 kalimat terakhir, lalu wafat
  • Tambahan:
  • Terjadi kegelapan diseluruh bumi; disertai gempa bumi yang dahsyat; tirai kenisah terbelah dua
  • Seorang serdadu menikam lambungNya; Yosef dari Arimatea dan Nikodemus menghadap Pilatus minta ijin memakamkan jenazah Yesus; Maria memangku jenazah Yesus, sumber inspirasi patung Pieta [artibnya belas kasihan : patung Maria memangku Yesus]; Yesus dimakamkan di kubur pinjaman; dijaga para serdadu
  • Lebih lengkap, bacalah : Mat  27:1-66;  Mark 15:1-47; Luk  23:1-56 atau Yoh  18:28-19:42

3   Bagaimana kita merayakan Hari Jumat Agung?

Pagi hari: Gereja membuat ibadat jalan salib, mengenang jalan salib Tuhan. Ada yang menyebutnya sebagai via crucis [jalan salib] ada yang menyebutnya via dolorosa [jalan penuh derita].

Petang hari: 15.00 : Gereja memperingati wafat Tuhan; ibadat terdiri dari 3 bagian :

Pertama: Ibadat Sabda dengan puncaknya Passio/Kisah Sengsara Yesus Kristus; biasanya dinyanyikan; dilengkapi khotbah singkat dan doa umat meriah yang dinyanyikan

Kedua: Ibadat Penghormatan Salib : kenangan syukur atas penebusan dengan mencium/ menghormati salib Tuhan

Ketiga: Ibadat Komuni Kudus : umat menerima buah salib yaitu penebusan dan persatuan dengan Yesus Kristus yang dipersembahkan di atas altar Golgota melalui komuni kudus.

Catatan:

  • Hari ini juga ditandai dengan hari puasa dan pantang wajib. Hari ini juga adalah hari hening, teduh, dan doa. Dianjurkan tidak ada musik-musik, acara tv atau acara-acara hiburan di rumah keluarga katolik. Di gerejapun, sepanjang hari ini tidak ada iringan musik apapun, tidak ada bunyi lonceng gereja sekalipun, tanda Gereja berduka!
  • Upacara Jumat Agung diawali dengan prosesi oleh imam dan putra-putri altar. Di depan altar, imam tiarap, seluruh umat berlutut, selama beberapa menit, berdoa dalam hati, mengenang detik-detik wafatNya Tuhan dan penebusan umat manusia. Tiarapnya imam adalah lambang duka mendalam dari Gereja.
  • Upacara Jumat Agung tanpa TANDA SALIB baik pada awal pun pada akhir. Juga sakramen-sakramen gereja tidak boleh dirayakan pada hari ini termasuk Ekaristi, kecuali Saramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit.

4   Mengapa imam tidak membuka ibadat jumat agung dengan TANDA SALIB?

Memang benar, ibadat pada hari ini dibuka tanpa TANDA SALIB. Begitu juga saat mengakhiri ibadat, imam memberi berkat penutup bukan dengan tanda salib tetapi dengan doa tanpa berkat dengan membuat TANDA SALIB seperti biasanya. Mengapa? Karena pada saat itu, kita masih sementara merayakan Yesus yang sengsara dan wafat di salib. Salib adalah tanda hukuman, kehinaan dan kebinasaan; baru sesudah kebangkitan atau kemenangan Tuhan, maka salib itu menjadi tanda keselamatan. Nah, pada saat ibadat jumat agung berakhir, kita belum merayakan kebangkitan Tuhan, karena itu tanda salib tidak dibuat. Nanti, pada malam vigili KEBANGKITAN YESUS, saat Tuhan bangkit dan mengubah salib menjadi tanda keselamatan, tanda salib dengan mulia dan meriah kita gunakan. Karena itu, kita baru menggunakan tanda salib dalam liturgi kebangkitan Kristus.

5   Warna Liturgi apakah yang digunakan Gereja pada Hari Jumat Agung?

Imam menggunakan kasula berwarna MERAH sebagai tanda KEMARTIRAN dari Yesus Kristus Sang Martir Utama. Sepanjang masa puasa kita menggunakan warna liturgi ungu untuk menekankan pertobatan kita; pada hari Minggu keempat atau Minggu Laetare kita menggunakan warna liturgi PINK atau merah muda untuk mengungkapkan optimisme dan sukacita kita atas penebusan Kristus yang sudah mendekat, lalu Minggu Palma dan Jumat Agung menggunakan warna liturgi merah untuk mengenangkan sengsara dan kemartiran Yesus.

6   Mengapa tidak ada perayaan ekaristi, dengan konsekrasi/perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus?

Khusus hari ini, Gereja mempersastukan dirinya dengan kurban Kristus di atas salibNya di mana Ia memberkan tubuh dan darahNya untuk kita. Maka, tidak ada perayaan ekaristi di gereja manapun pada hari ini. Umat menyambut komuni dari sakramen mahakudus yang dikonsakrir pada hari Kamis Putih.

7   Apakah hanya Ekaristi atau semua Sakramen Gereja tidak bisa dirayakan pada hari Jumat Agung?

Semua Sakrament Gereja TIDAK BISA dirayakan pada hari ini termasuk Ekaristi, kecuali Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, demi keselamatan jiwa orang tersebut. Semua sakramen lain baru dirayakan dalam kesatuan dengan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus.

8   Bagaimana dilakukan penghormatan terhadap salib dalam Ibadat Jumat Agung ?

Pertama: penghormatan salib dimulai dengan perarakan salib oleh imam sambil membuka tutupnya, tahap demi tahap, diiringi seruan/lagu : Lihatlah kayu salib, tempat Penyelamat dunia bergantung…… dan dijawab oleh umat dengan berlutut, sambil berseru : marilah, kita sembah.

Kedua: salib ditakhtakan di depan altar, umat secara pribadi diberi kesempatan untuk mencium salib. Catatan: mestinya hanya 1 salib saja yang dipakai untuk penghormatan; karena pertimbangan pastoral banyaknya umat yang hadir, maka di beberapa gereja digunakan beberapa salib untuk dicium/dihormati oleh umat secara bersamaan.

Gereja juga membuka kemungkinan penciuman atau penghormatan salib secara umum, bersama-sama, misalnya dengan berlutut sambil membungkukkan kepala, di tempat duduk masing-masing. Hal ini jika ada alasan yang dapat diterima, misalnya tahun ini dengan adanya bahaya wabah virus corona.

9   Apa saja yang baik dan bisa kita buat di rumah, sesudah ibadah jam 15.00?

Pertahankan kesunyian dan keteduhan. Biarkan ada silentium magnum/hening total di dalam rumah. Ambillah waktu untuk doa/novena Kerahiman Ilahi. Berdoalah bagi jiwa-jiwa di api penyucian dan kaum keluarga yang sudah meninggal, agar Firdaus dibukakan juga bagi mereka. Ambillah waktu untuk membersihkan salib-salib dan patung-patung yang ada di rumah; mungkin ada yang sudah berdebu, dll. Pada malam hari, kurangi lampu yang terang benderang; nyalakanlah lampu yang lebih terang di sekitar salib Tuhan. Ambillah waktu membaca sendiri atau berbalasan dengan anggota keluarga : Mzm 22, Mzm 38, Mzm 51.

10   Derma umat Allah pada hari Jumat Agung, adalah termasuk collecta imperata [kolekte wajib]. Apa maksudnya? Bagaimana untuk tahun ini?

Kolekte pada hari Jumat Agung adalah kolekte wajib yang dikumpulkan di keuskupan dan setiap keuskupan mengirimkannya ke Duta Vatikan yang ada di negaranya, untuk diteruskan ke Holy Land/Tanah Suci Yerusalem, melalui wakil Bapa Suci untuk Holy Land, sebagai sumbangan solidaritas untuk pengembangan gereja/umat katolik di daerah ini. Ini adalah wujud solidaritas gereja seluruh dunia dengan gereja yang ada di Tanah Suci.

Manakah dasar dari kolekte khusus ini? Paulus memuji kebiasaan mengirimkan bantuan/donasi bagi orang-orang kudus yaitu umat di Yerusalem, bdk 2 Kor 8,3-4. Mengingat situasi kongkrit kebutuhan pastoral, iman, ekonomis dan pengembangan hidup menggereja saat ini di Holy Land, maka gereja universal setiap tahun memberi bantuan khusus bagi umat Allah di Holy Land, melalui derma hari Jumat Agung.

Untuk tahun ini, ketika kita mengadakan ibadat Jumat Agung secara live streaming, maka praktek kolekte wajib ini tidak bisa dijalankan seperti biasanya. Paus telah menyetujui bahwa kolekte ini ditunda/dipindahkan pengumpulannya pada 13 September tahun ini, sehari menjelang pesta Salib Suci.

Ketiga : Hari Sabtu Suci/Vigili Paskah

1   Apa saja nama yang diberikan pada hari Sabtu Suci menjelang kebangkitan Tuhan?

Sabtu Suci menunjuk pada sucinya, agungnya, besarnya hari di mana Tuhan berbaring dalam makam. Dahulu kala masih disebut Sabtu Besar. Ada juga yang menyebutnya Sabtu Sunyi, untuk menunjuk pada keheningan, silentium, sebagai ungkapan duka akibat wafat Tuhan.

Pada hari Sabtu pagi sampai menjelang malam, Gereja tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun. Tabernakel masih terbuka dan lampu Tabernakel juga masih mati. Selain itu, tempat air suci di pintu-pintu masuk gereja juga dikeringkan. Suasana terasa muram. Sakramen yang boleh dibagikan pada hari tersebut pun hanya Sakramen Tobat dan Sakramen Perminyakan. Gereja masih dalam suasana berduka, berkabung. Umat diajak menemani Tuhan dalam makam; saat Tuhan turun ke dunia orang mati, untuk membawa mereka bangkit bersamaNya, masuk dalam kemuliaanNya. Gereja sesungguhnya berduka tetapi serentak dengan rindu menantikan madah exultet/bersoraklah pada malam vigili paska, saat Kristus bangkit.

2   Apa yang bisa dilakukan di rumah pada pagi sampai vigili paskah ini?

Masih mempertahankan keheningan dan kesunyian, masih dalam suasana doa, bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal, bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Mazmur-mazmur yang baik dibaca atau didoakan adalah Mzm 16, mzm 24. Yes 8:10-14; 17-20. Mzm 143. Filipi 2:6-11. Jika memungkinkan berkunjunglah ke makam katolik dan membersihkannya. Siapkanlah lilin-lilin untuk dinyalakan pada lilin paskah sekalian untuk pembaharuan janji baptis. Baiklah juga mereka yang menjadi wali baptis, sekiranya mungkin, sapalah anak-anak baptismu, entah dengan WA, SMS, telpon, meyakinkan mereka bahwa anda mengingat, mendoakan mereka, sekaligus mengajak untuk melakukan kewajiban-kewajiban masa prapaska dan paska, termasuk pengakuan dosa dan menyambut tubuh Tuhan, serta juga pembaharuan janji baptis.

3   Apakah pada hari ini kita masih berpuasa dan berpantang?

Saya ingat, waktu masih kecil, kami masih diwajibkan berpantang dan berpuasa sampai makan siang. Sore hari, ketika kami menemani ibu mempersiapkan makanan dan kue paskah, kami sudah boleh mencicipi kue-kue yang hangus atau yang kurang bagus. Baiklah. Gereja tidak melarang umatNya yang masih melanjutkan masa puasa dan pantang pada hari ini. Gereja juga tidak menghakimi sebagai berdosa atau bersalah jika sejak siang hari, kerinduan dan sukacita akan saat-saat kebangkitan Tuhan mulai mengisi jiwa dan raga kita, sehingga mereka memutuskan mengakhiri puasa dan pantangnya secara pribadi.

4   Apakah pada hari sabtu pagi ada perayaan ekaristi?

Perayaan ekaristi hanya pada malam hari, yaitu misa vigili paska. Juga, tidak ada pelayanan komuni kudus bagi umat yang ingin menerima komuni, kecuali bagi mereka yang berada dalam bahaya maut. Pelayanan sakramen lain juga tidak ada, termasuk pernikahan; kecuali sakramen pengurapan orang sakit.

5   Perayaan Vigili Paskah: apa itu?

Perayaan ekaristi pada malam sesudah matahari terbenam di hari Sabtu Suci, adalah malam segala malam, adalah malam terbesar, termulia, malam kemenangan Tuhan, malam yang paling penting dalam seluruh liturgi gereja. Inti perayaan adalah : berdoa, berjaga dalam doa, lagu dan permenungan Sabda Tuhan, menyongsong saat-saat kebangkitan Tuhan, yang dilambangkan dengan kehadiran api baru, terang baru, lewat lilin paska, lumen Christi, terang Kristus, terang dunia!

6   Bagaimanakah dirayakan liturgi Malam Paskah atau Vigili Paskah?

Malam Paska atau Vigili Paska [kata vigiili dari kata Latin vigilis yang berarti berjaga-jaga atau bersiap-siap, menyongsong sebuah kejadian penting. Apa yang disongsong? Kebangkitan Tuhan yang mulia.

Ada 4 bagian penting dalam upacara Misa Malam Paskah :

a. Upacara cahaya

Imam memberkati api baru, di luar gereja, di tengah kegelapan. Api baru ini lambang Kristus yang bangkit, bersinar mulia. Api baru, lambang Kristus bangkit ini menyalakan Lilin Paskah dengan segala doa khusus pemberkatannya. Imam mengucapkan doa khusus sambil menyentuh tanda-tanda : salib (+), lambang alpha (Α) dan omega (Ω) dan angka tahun ybs, sebagai ungkapan iman bahwa Yesus adalah sang awal dan sang akhir, dan bahwa segala kemuliaan dan kekuasaan adalah milik Yesus sepanjang segala abad.

Setelah itu Imam akan menancapkan 5 biji dupa di atas gambar salib yang melambangkan 5 luka Yesus. Lilin Paskah lalu diarak oleh Imam ke altar gereja. Prosesi ini untuk mengenangkan perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dituntun tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari. Misdinar akan menyalakan lilin umat dari lilin paska. Di seluruh gereja hanya ada terang lilin paskah saja. Imam akan mengangkat lilin paskah 3 kali (di awal belakang, di tengah, dan di depan altar) sambil menyanyikan “Kristus, cahaya dunia” dan dijawab dengan nyanyian pula oleh umat “Syukur kepada Allah” sambil berlutut. Kemudian, imam mentakhtakan lilin paskah di tempatnya, lalu Imam atau diakon menyanyikan Madah Pujian Paskah (Exultet).

 b. Liturgi Sabda

Pada bagian kedua ini, dibacakan kisah-kisah dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Seluruh bacaan ini diselingi dengan mazmur dan doa singkat yang dipimpin oleh Imam. Mestinya pada malam ini terdapat 9 bacaan pada liturgi sabda yang terdiri atas 7 bacaan perjanjian lama dan 2 dari perjanjian baru (1 bacaan dari Surat Paulus kepada jemaat di Roma dan 1 bacaan Injil. Ada 3 bacaan dari Perjanjian Lama yang wajib dibacakan yaitu Kisah Penciptaan, Kisah Pengorbanan Ishak oleh Abraham, dan penyeberangan Laut Merah.

Setelah selesai membaca bacaan dari Kitab Perjanjian Lama, Gloria dinyanyikan secara meriah sambil membunyikan lonceng gereja maupun lonceng altar. Sebelum menyanyikan Gloria, lilin altar dan lampu gereja dapat dinyalakan sedangkan lilin umat yang tadi dinyalakan dapat dipadamkan. Bacaan setelah Gloria diambil dari surat Paulus kepada umat di Roma. Bacaan ini disebut bacaan epistola.

Alleluya pada bait pengantar Injil dinyanyikan; biasanya Alleluya dilagukan 3 kali. Alleluia ini dilagukan oleh Imam atau Diakon. Teks bait pengantar Injil diambil dari Mazmur 117. Injil yang dibacakan pada malam Paskah ini mewartakan kebangkitan Tuhan. Bacaan Injil ini merupakan puncak dari liturgi sabda. Setelah Injil dibacakan, Imam memberikan homili.

 c. Liturgi Babtis

Liturgi babtis diawali dengan pemberkatan air yang ada dalam bejana babtis. Lilin paskah dicelupkan 3 kali kea lam air baptis ini. Dinyanyikan Litani Para Kudus. Air baptis ini dapat langsung dipakai untuk pembaptisan, jika ada. Atau disimpan untuk menjadi air baptis setiap kali ada pembaptisan. Air yang telah diberkati melalui pencelupan lilin Paskah tersebut akan dipercikkan kepada umat pada saat pembaharua janji baptis, yang dilakukan sambil memegang lilin bernyala yang dinyalakan dari lilin paskah. Liturgi Babtis ini diakhiri dengan doa umat.

Selain pemberkatan air baptis, juga ada pemberkatan air kudus/air berkat, di mana imam mencampurkan garam yang sudah diberkati, untuk mengenang ketika Tuhan menyuruh nabi Elisha menaburkan garam pada mata air di Jerikho yang selama itu tidak bisa diminum karena membawa kematian. Garam yang diberkati dan dicampurkan pada air berkat dipercayai menguduskan umat Allah, menyucikan mereka terutama dari lindungan bahaya racun, benih penyakit, bahkan dari kekuatan jahat.

 d. Liturgi Ekaristi

Liturgi Ekaristi diawali dengan persembahan, yang dilanjutkan prefasi Paskah dan Doa Syukur Agung. Bagian akhir dari Liturgi Ekaristi Malam Paskah yang juga menutup keseluruhan rangkaian perayaan Malam Paskah adalah pemberian Berkat Meriah Paskah. Dan, penutupan misa ditandai dengan nyanyian alleluia 3 kali.

7   Mengapa mengikuti misa vigili malam paskah adalah sebuah ‘’keharusan’’, dengan kata lain, sayang sekali kalau terlewatkan?

Seperti kita lihat pada nomor 6 di atas : 4 bagian perayaannya sangatlah penting dan khas. Upacara pemberkatan api baru dan lilin paskah adalah sebuah perayaan setahun sekali. Simbol peralihan dari gelap kepada terang, dari maut kepada keselamatan, dari perbudakan kepada kemerdekaan [bdk bani Israel yang bebas dari perbudakan Mesir]. Liturgi Sabda menyajikan kisah-kisah keselamatan yang dilakukan Tuhan dari awal mula sampai memuncak pada tangan  Tuhan yang bertindak dengan gagah, lewat kebangkitan PutraNya. Madah exulted atau ajakan bersoraklah, merupakan ciri khas malam paskah, bandingkan Maklumat Kelahiran Tuhan pada vigili natal. Begitu juga, alleluia yang meriah biasanya dinyanyikan pada malam paskah : allelia, dari kata halelu [Ibrani] yang berarti pujilah… dan kata ya[h] menunjuk pada Yahwe… Seruan alleluia yang ‘’hilang’’ dari liturgi gereja sejak Rabu Abu, malam ini dikumandangkan dengan meriah sekali; meledaklah pujian syukur Tuhan umat Allah pada malam ini. Begitu juga, upacara pemberkatan air baptis mengingatkan kita akan pentingnya sakramen inisiasi ini, yang menerima dan memasukkan anggota baru dalam gereja, sebagai putra-putri Allah. Pembaharuan janji baptis juga menjadi kesempatan pembaharuan diri dari umat Allah, dari seluruh gereja: sebuah lahir baru, sebuah kebangkitan baru bersama Kristus.

Melihat kekayaan liturgi vigili paskah, maka haruslah dikatakan bahwa sangat berbeda dengan perayaan hari minggu paskah. Maka, ayo, jangan kehilangan perayaan malam segala malam suci dalam gereja, jangan ketinggalan dalam merayakan kebangkitanmu bersama Kristus, sambil menikmati segala kekayaan makna yang dikandungnya.

8   Mengapa sejak masa paskah, pada akhir misa imam menyanyikan atau mengakhiri misa dengan seruan ‘’alleluia’’ sebanyak 3 kali?

Seruan alleluia itu adalah pujian kepada Tuhan. Secara istimewa di masa paskah ini, sejak vigili paskah, gereja memuji dan memuliakan Tuhan lebih meriah, sebab Kristus, anak domba Paskah sudah dikurbankan dibangkitkan dengan jaya, begitu terungkap dalam prefasi paskah. Mengapa 3 kali? Tidak cukupkah satu kali? Tentu, kita tidak pernah akan cukup untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan. Maka, ungkapan 3 kali alleluia adalah pernyataan syukur dan ungkapan pujian tak terhingga dari gereja kepada Allah. Tiga kali bisa juga menjadi lambang doa, seruan yang sungguh-sungguh, mendalam, bahkan terus menerus : bdk Yesus berseru 3 kali di Taman Zaitun : jika mungkin biarlah piala ini berlalu…

9   Oh ya, berapa lamakah kita merayakan masa paskah?

Masa paskah dirayakan selama 50 hari, sampai pada hari pentekosta. Di dalam 50 hari masa paskah ini juga dirayakan beberapa perayaan khas dan khusus yakni : Hari Minggu Pesta Kerahiman Ilahi pada hari minggu paskah ke 2. Juga Hari Minggu Panggilan pada hari minggu paskah ke 4. Begitu juga pada hari minggu antara hari kenaikan Tuhan dan Pentekosta, dirayakan juga Hari Minggu Komunikasi Sedunia.

10   Bagaimana dengan peran dari lilin paskah, selama masa paskah dan sesudah masa paskah?

Lilin paskah adalah lambang Kristus yang bangkit dan lambang Kristus terang dunia, juga lambang panggilan kita menjadi terang dunia. Lilin paskah dinyalakan setiap kali dirayakan misa di gereja tsb. Pada hari raya Pentekosta, lilin paskah tidak lagi ditakhtakan di panti imam. Namun, lilin paskah tetap dipakai pada setiap kali ada perayaan sakramen pembaptisan, di mana calon baptis akan menyalakan lilinnya dari lilin paskah, lambang ia menjadi anak Allah dan bertugas menjadi terang dunia, seperti Kristus : imam, nabi dan raja. Begitu juga, lilin paskah biasanya diletakkan di samping peti keranda jika ada misa arwah untuk orang beriman yang meninggal. Lambang, ia telah dipersatukan dengan Kristus dalam baptisan maka ia juga kiranya dipersatukan dengan Kristus dalam kebangkitan. Lilin paskah di samping jenazah menjadi pertanda bahwa kita dipanggil kepada kesatuan dengan Kristus dalam hidup yang abadi.

Alleluia, alleluia, alleluia. Kristus bangkit, Kristus mulia.

Sabtu Suci, 11 April 2020

Catatan: Bahan Katekese ini diambil dan diedit dari (WA Grup LPK: Rm. Terry dan Komkat Keuskupan Manado); Copied, edied and shared by @giuslay.zone

ECCLESIA DOMESTICA – PASKAH – COVID-19


Gius Foto2

1. Awal Mula Covid-19 dan Pengaruhnya

Sejak pertengahan bulan Desember 2019 lalu, dunia digemparkan oleh munculnya satu virus baru yang menghebohkan dunia, karena proses penyebarannya yang cepat dan meluas ke seluruh dunia, sehingga disebut dengan pandemic covid-19 (Coronavirus Disease 2019).

Menurut informasi, virus baru ini muncul di kota Wuhan, tetapi banyak orang yang belum tahu dari mana asal virus korona baru yang mulai merebak di Wuhan, China, Desember 2019, apakah dari hewan, yaitu kelelawar atau belakang dikatakan berasal dari tenggiling atau hasil kreasi genetik dari laboratorium tertentu. Namun dalam berita Liputan6.com tanggal 7 April 2020, sejumlah peneliti dari di bawah pimpinan Shan-Lu Liu dari Ohio State University, mengatakan bahwa covid-19, termasuk SARS dan MERS, adalah bagian dari keluarga besar (famili) virus korona, yang dapat menyebabkan penyakit dengan tingkat keparahan yang luas. Mereka juga mengatakan bahwa SARS dan MERS berasal dari kelelawar, dan karena itu covid-19 pasti juga berasal dari alam dan bukan hasil rekayasa / kreasi manusia di laboratorium.

Lepas dari asal-usul covid-19, apakah disebabkan oleh alam atau kreasi genetik laboratorium, telah nyata bahwa covid-19 ini telah mempengaruhi pola hidup dan berpikir kita di bulan-bulan terakhir ini. Banyak orang mulai melihat wabah ini dari sudah pandang negatif, tetapi banyak orang juga yang melihat ini secara positif. Ulasan-ulasan teologis spiritual, psiko-sosial, social – politik – ekonomi, bermunculan di media-media cetak dan Online dengan jumlah yang tidak terkira. Di sini kita tidak hendak membahas semuanya secara detail, tetapi hanya melihatnya dalam konteks keberadaan kita yang sedang merayakan Paskah Tuhan di antara minggu pertama dan kedua di bulan April 2020.

2.   Covid-19 dan Perayaan Paskah 2020

Mungkin kita dapat mengatakan bahwa wabah covid-19 muncul dan merebak manakala Umat Katolik (dan Kristen secara umum) sedang mempersiapkan (masa pra-paskah) Paska Kebangkitan Tuhan, yang puncaknya dirayakan pada Vigilia Paskah tanggal 11 April 2020 dan Perayaan Minggu Paskah tanggal 12 April 2020.

Memasuki Minggu Sengsara, yang dibuka dengan Perayaan Minggu Palma pada tanggal 5 April 2020, seraya mematuhi himbauan pemerintah untuk stay at home, hindari kerumunan, hindari pertemuan-pertemuan jaga jarak baik social maupun fisik, serta dikuatkan oleh surat-surat pastoral dari pimpinan gereja Keuskupan dan diteruskan ajakan para pimpinan Gereja Paroki, banyak umat Katolik yang merasa kehilangan “sense of community” dan “sense of fraternity”  bersama dengan semua saudara seiman dalam perayaan ini.

Dengan demikian Puncak Perayaan Paskah dan perayaan lain sebelum dan setelah Perayaan Paskah, dirayakan secara live streaming, baik yang siarkan dari Gereja-Gereja Katedral, Gereja-Gereja Paroki dan juga dari pelbagai komunitas-komunitas religius dan pastoran dengan waktu yang berbeda-beda. Seluruh umat Katolik pun diminta dan diharapkan untuk tidak menghadiri secara fisik secara Bersama dengan seluruh umat separoki atau juga sestasi atau sekomunitas tertentu, tetapi mengikutinya dari rumah masing-masing.

Sebuah fenomena baru muncul di saat-saat kerinduan untuk berpartisipasi secara aktif dengan seluruh umat separoki, sestasi dan sekomunitas umat beriman semakin tidak tertahankan. Mengikuti perayaan ekaristi dan ibadat harian pada hari-hari Minggu dan hari-hari biasa sebelum Perayaan Paska dirasa tidak memuaskan secara rohani, psikologis dan fisik. Kecanggihan alat-alat teknologi secara komputer, laptop, notebook, smartphone dan lain sebagainya, sepertinya tidak mampu memberikan kepuasan lahir dan batin / jasmani dan rohani jika dibandingkan dengan mengikuti secara fisik dengan seluruh umat beriman di gereja stasi atau gereja paroki di komunitas umat beriman.

Sebagai ungkapan kerinduan itu, muncullah pelbagai inisiatif dari banyak keluarga Katolik yang ingin merayakan Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah dan Minggu Paskah, tidak hanya secara live streaming melainkan langsung merayakannya di rumah sendiri dan Bersama dengan anggota keluarga ataupun Bersama dengan tetangga.

3.   Domus Ecclesia, Paskah dan Covid-19

Pemikiran di paragraf terakhir di antar memberikan suatu pemahaman baru tentang Ecclesia Domestica, yang secara sederhana diartikan sebagai “Gereja Rumah Tangga”. Domus Ecclesia dapat diartikan sebagai suatu tempat pertama untuk tumbuh dan berkembangnya iman akan Kristus, tempat di mana terjadi kegiatan pengajaran dan praktek doa, kebajikan-kebajikan dan cinta kasih Kristus kepada kita (LG 11, FC 21).

Melihat di media-media social seperti facebook, tweeter, Instragram, Whatsapp dan medsos lainnya, tidak sedikit dari keluarga-keluarga Katolik yang “memamerkan” kegiatan-kegiatan doa di dalam keluarga. Doa yang dimaksud, tidak lagi sebatas pada kegiatan doa biasa seperti doa harian, atau doa waktu makan, atau doa rosario, atau doa syukuran tertentu, melainkan doa yang dipadukan dengan ibadat Gereja semesta, seperti Ibadat Minggu Palma, Ibadat Kamis Putih, Ibadat Jumat Agung, Ibadat Sabtu Suci dan Ibadat Minggu Paska.

Dengan demikian, doa yang dilakukan oleh Domus Ecclesia, tidak hanya sebatas pada doa biasa sebagai praktek keutamaan rohani – spiritual, tetapi doa yang disatukan dengan doa Gereja semesta, doa yang dipadukan dengan doa seluruh umat katolik, yang didasari pada intensi yang sama dan bersumber dari bacaan-bacaan Kitab Suci yang sama pula, dan mungkin saja memiliki struktur doa yang sama (karena memperoleh sumber bahan dari paroki atau dari sumber lain yang dipercaya sebagai Liturgi Katolik).

Atas dasar praktek-praktek yang terjadi seperti diuraikan di atas, kita dapat mengatakan bahwa selama masa covid-19 ini, Domus Ecclesia telah menjadi tempat di mana anak-anak dan seluruh anggota keluarga menerima pewartaan pertama mengenai iman dan praktek-praktek keutamaan spritual – rohani. Praktek-praktek ibadat resmi Gereja yang dilaksanakan dalam Tata Peribadatan di Gereja, “digeser” dan dipraktekkan di dalam keluarga. Maka tidak heran jika dalam Perayaan Minggu Palma (dan perayaan-perayaan trihari Paska), terjadi Ibadat Minggu Palma di dalam keluarga yang beranggotakan 4 (empat) atau 5 (lima) atau sekian orang, yang semua orang yang berpartisipasi mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing, seperti Ayah memimpin ibadat, ibu memimpin lagu, anak-anak membaca bacaan dan membawakan doa umat. Tidak hanya itu, bahwa ruangan ditata sedemikian menjadi “kapel kecil” yang memiliki altar yang ditutupi dengan kain altar dan juga lilin di atasnya.

Mengamati fenomena-fenomena ini, covid-19 yang mewabah di masa Minggu Suci tahun 2020 ini, mengajari kita tentang bagaimana kehidupan rohani dalam rumah tangga kecil, harus sungguh-sungguh menjadi Ecclesia Domestica. Itu mengandaikan suatu keinginan yang sungguh dalam menciptakan kondisi-kondisi yang mungkin agar karakteristik dari sebuah Ecclesia Domestica tersebut dapat menyata dan dialami oleh seluruh anggota keluarga tersebut.

Bagaimana karakteristik tersebut dapat menyata dalam Ecclesia Domestica? Beberapa aspek mungkin dapat diuraikan di sini:

Pertama, Komitmen bersama menciptakan Ecclesia Domestica. Tanpa didorong oleh komitmen bersama yang kuat, dan motivasi dari kepala rumah tangga, sangat sulit terwujudnya suatu kehidupan rumah tangga yang bercirikan Ecclesia Domestica.

Sangat terasa bahwa kegiatan “doa dan ibadat Bersama dalam rumah tangga selama Pekan Suci, terutama pada Trihari Suci Paskah, merupakan wujud dari komitmen seluruh anggota kerluarga dalam upaya menghadirkan pelbagai ritual keagamaan selama hari-hari suci tersebut. Ritual keagamaan selama Pekan Suci tidak hanya lagi dilaksanakan di Gereja / Kapel, tetapi berpindah tempat ke dalam atau di tengah-tengah keluarga kristiani atau keluarga katolik. Dengan demikian, wabah covid-19 yang sedang dialami oleh seluruh masyarakat dan terutama umat katolik, telah berhasil “membumikan” pelbagai ritual keagamaan dari Gereja / Kapel ke tengah-tengah hidup keluarga, di dalam rumah serta dirayakan secara lebih intens.

Kedua, Peran Bapa adalah imam dalam Ecclesia Domestica. Dalam tradisi Yahudiah, seorang bapa dalam keluarga, juga menghayati statusnya sebagai seorang imam. Namun, Kitab Suci memisahkan 2 (dua) peran berbeda: pertama ialah peran bapa dan imam dalam keluarga (bagi semua bapa sebagai kepala rumah tangga) dan kedua adalah peran bapa dan imam dalam lingkungan bangsa Israel yang dikhususkan untuk keturunan Harun dan Lewi (Kel 19,22; 29,1-37; 40,12; Im 8,1-36).

Sebagai seorang bapa dan imam dalam rumah tangga, tugas mereka adalah mempersembahkan korban (Kej 8,20; 12,7). Di sini kita dapat melihat bahwa peranan bapa dan imam merupakan dua peranan yang berhubungan satu sama lain (Hak 17,10; 18,19). Karena itu dalam konteks situasi kita, peran bapa keluarga dalam mengaktifkan keluarga yang mau berdoa dan “memindahkan” kegiatan ritual di Gereja ke rumah tangga adalah sangat penting dan menentukan dalam menciptakan Ecclesia Domestica.

Ketiga, Penghayatan Liturgi Gereja berpindah ke Rumah Keluarga

Dalam kaitan dengan covid-19, peran imam (baca: pastor) dan fungsi Gereja berpindah ke bapa keluarga dan rumah tempat tinggal keluarga. Mengamati dan melihat di media-media social di mana seorang bapa rumah tangga memimpin ibadat di tengah anggota keluarga, seorang ibu rumah tangga membaca bacaan kitab suci dan beberapa anak bergantian memerankan tugas liturgi yang lain menunjukkan suatu kesaksian bahwa rumah tangga keluarga selama masa covid-19, telah menjadi Ecclesia Domestica yang sudah harus terus mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dihayati dalam keseharian, walaupun suatu ketika tidak lagi berkaitan dengan perayaan liturgi resmi gereja, tetapi dalam bentuk doa devosi dan bentuk-bentuk doa lainnya yang dapat meningkatkan kualitas hidup beriman katolik.

Dalam kegiatan doa liturgi dan doa-doa devosi lainnya terbentuk satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk membina kebajikan-kebajikan manusia dan cinta kasih Kristen. Ecclesia Domestica juga menjadi tempat pendidikan doa bagi seluruh anggota keluarga. Atas dasar Sakramen Perkawinan, keluarga adalah “Gereja rumah tangga”, di mana anak-anak Allah berdoa “sebagai Gereja” dan belajar bertekun dalam doa. Teristimewa untuk anak-anak kecil, doa sehari-hari dalam keluarga adalah kesaksian pertama untuk ingatan Gereja yang hidup, yang dibangkitkan dengan penuh kesabaran oleh Roh Kudus” (KGK 1656, 1666. 2685).

Keempat, Panggilan Ketekis dan Guru Agama Post-Wabah Covid-19

Selain bapak keluarga atau seorang awam lain yang telah “mengambil alih” tugas imam di Gereja-Altar serta fungsi rumah keluarga yang telah menjadi “gereja baru” di masa covid-19, maka muncul juga arah baru dari pelayanan dan panggilan seorang Katekis dan Guru Agama Katolik (tenaga pastoral) setelah wabah covid-19 ini. Ada beberapa catatan yang dapat dikemukakan berdasarkan pengalaman ini. Pertama, hendaklah berusaha untuk memahami dengan lebih baik fenomena ini sebagai kesempatan mencari arah baru dalam kegiatan berkatekese. Melihat fungsi Rumah Keluarga dan peran bapa dalam keluarga yang ditampakkan selama wabah covid-19, harus menjadi kesempatan bagi para tenaga pastoral untuk mengisi pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang tata cara ibadat yang benar menurut liturgi Gereja Katolik. Kedua, setelah memahami dengan baik tentang tata ibadat gerejawi, maka seorang tenaga pastoral hendaknya belajar untuk menemukan metode, strategi, Teknik atau cara dalam mengedukasi umat agar umat semakin memahami dan mengetahui serta terampil membawakan tata ibadat di dalam keluarga manakala wabah yang hampir sama menimpa lagi kehidupan masyarakat di masa-masa yang akan datang. Namun, untuk jangka panjang, bukan lagi berkaitan dengan tata ibadat resmi gereja tetapi ibadat-ibadat devosional lainnya yang merupakan perayaan sakramentalia yang dirayakan di tengah keluarga.

4.   Catatan Penutup

Kita tidak mengetahui secara pasti sampai kapanlah wabah ini akan berakhir, dan kapan wabah yang sama atau dalam bentuk yang lain dengan tingkat bahaya yang sama atau lebih akan muncul lagi. Namun, dari pengalaman wabah covid-19, telah mengajari kita banyak hal mulai dari ritme hidup, menjaga kesehatan, cara berelasi dengan sesama sampai kepada praktik-praktik ritual keagamaan.

Semoga pengalaman wabah covid-19 di masa Pra-Paksa dan Paska ini bisa membuat kita memahami bahwa hidup harus dimaknai secara lebih baik dan berarti dalam relasinya dengan sesama, lingkungan dan Tuhan serta bagaimana meningkatkan kualitas-kualitas hidup sebagai seorang Katolik yang lebih baik.

Selamat Paska dan salam sehat untuk semuanya

Paskah Kedua, 13 April 2020

Sergius Lay